IMMUNOSTIMULAN SEBAGAI BAGIAN TERAPI NON-FARMAKA COVID-19

Sebagian besar penyakit akibat virus merupakan self limiting disease sehingga komponen utama dalam terapi pada infeksi virus adalah terapi tanpa obat (terapi non-farmaka), termasuk coronavirus disease-19 (COVID-19). Tindakan yang dapat dilakukan bagi semua orang untuk melindungi diri adalah menjaga daya tahan tubuh untuk melawan virus tersebut melalui penerapan pola hidup sehat, diantaranya dengan menerapkan pola makan teratur, dengan gizi yang cukup dan seimbang; konsumsi  air putih minimal 6 gelas per hari, dan sebaiknya air hangat; olahraga minimal 3 kali seminggu @ 30 menit; menjaga kebersihan tubuh dengan mandi setiap hari/setelah bepergian, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer sesering mungkin atau minimal setiap kali akan makan/ minum dan keluar dari kamar mandi; istirahat cukup, tidur 6-8 jam/hari; serta menghindari stress. 

Selain makanan sehat yang mengandung gizi seimbang, herbal juga telah lama terbukti dapat meningkatkan daya tahun tubuh terhadap penyakit. Terapi herbal pada kondisi pandemik covid-19 merupakan bagian dari tradisi hidup sehat dan berguna sebagai tindakan preventif dengan  memperkuat sistem imun apabila dikonsumsi secara teratur dalam takaran yang tepat. Selain itu terapi herbal menjadi terapi tambahan atau pendukung dengan memodulasi sistem imun, meredakan badai sitokin, sebagai antiinflamasi, dan antioksidan. Covid-19 sering tidak menunjukkan gejala—asimptomatik pada mereka yang berusia muda dan memiliki daya tahan tubuh relatif kuat, sehingga penggunaan obat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh (imunostimulan) untuk melawan virus menjadi pilihan banyak orang.

Seperti diketahui bahwa Indonesia kaya akan berbagai sumber daya alam potensial termasuk bahan pangan kaya gizi dan komponen bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan yang dapat dimanfaatkan sebagai imunostimulan. Imunostimulan ini bisa berasal dari vitamin/mineral, bahan herbal, bahan pangan pokok, produk hortikultura, dan produk hewani. Bahan pangan pokok seperti beras merah dan beras hitam, sorgum, ubi jalar, hanjeli (jail), tempe, dan kacang hijau; produk hortikultura seperti bawang merah, bawang putih, jambu biji, cabai, paprika, tomat, stroberi, labu kuning, daun kelor, brokoli, dan wortel; sedangkan produk hewani seperti kefir (susu fermentasi), yoghurt, telur ayam, dan madu.

I. VITAMIN/MINERAL

Vitamin C

Vitamin C banyak terkandung dalam bebuahan berwarna, seperti jambu biji, papaya, kiwi, stroberi, jeruk, nanas, dan manga. Vitamin C banyak dilaporkan dapat meningkatkan sistem imun, termasuk melindungi dari infeksi coronavirus selain melindungi tubuh dari berbagai infeksi. Tiga uji klinik membuktikan bahwa vitamin C juga dapat menurunkan insiden pneumonia, sehingga diduga dapat mencegah kerentanan terhadap infeksi saluran nafas bawah.

  • Zinc

Merupakan mineral yang banyak terkandung dalam kerrang-kerangan, daging merah, legum, produk susu, telur, biji-bijian utuh, kentang, dan coklat hitam. Zinc memiliki fungsi penting dalam pemeliharaan dan perkembangan sistem imun, baik sistem imun yang innate maupun adaptif. Kekurangan zinc dapat menyebabkan kerentanan terhadap penyakit infeksi.

  • Selenium

Kekurangan selenium, mineral renik utama reaksi reduksioksidasi pada mamalia, bukan hanya dapat menyebabkan gangguan sistem imun, tetapi juga membuat mutasi virus RNA lebih virulens. Selenium banyak terkandung  dalam telur, jamur, keju, oat, ayam, ikan tuna, dan ikan salmon.

II. HERBAL

  • Meniran (Phylantus niruri)

Herbal ini telah dibuktikan dapat meningkatkan sistem imun dengan mengaktifkan makrofag dan sel-sel inflamatori lainnya. Meniran mengandung flavonoid polifenolik dan glikosida, dihidrokalkon, kumarin, dan tannin. Dosis 5 tetes perhari untuk minyaknya. Penggunaan jangka panjang dapat membahayakan ginjal dan hati. Kontra indikasi penyakit autoimun dan DM.

  • Echinacea

Diperoleh dari Echinacea purpura, herbal ini dapat meningkatkan sistem imun melalui aktivasi neutrofil, makrofag, leukosit polimorfonuklear, dan sel natural killer (NK), sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan tubuh melawan infeksi virus. Namun, perlu diperhatikan bahwa penggunaan imunostimulan pada orang yang menderita penyakit autoimun tidak diperbolehkan karena berisiko meningkatkan kekambuhan penyakit autoimun yang dideritanya. Untuk pemakaian jangka panjang Echinacea menurut data studi terbaru, dinyatakan aman dikonsumsi secara terus menerus selama 4 bulan. Echinaceae mengandung polisakarida, glikoprotein, alkamid, minyak atsiri, dan flavonoid.

  • Bawang Putih (Allium sativum)

Ekstrak bawang putih terbukti dapat menghambat pertumbuhan infectious bronchitis virus (IBV) dalam embrio ayam. Kandungan senyawa alicin berguna untuk memerangi cold virus. Bisa dikonsumsi dalam bentuk segar, diparut, dan dicampurkan dalam sup panas. Dosis 2-5 gram (3 siung). Efek samping nafas berbau, dada terasa panas, upset lambung. Kontra indikasi alergi, hamil atau sedang menyusui

  • Propolis

Propolis mengandung senyawa CAFÉ (Cafeic acid fenetyl esther) yang berefek antioksidan, imunostimulan, antiinflamasi dan antibakteri

  • Jinten hitam (Nigella sativa L.)

Pemberian timokuinon (2,5 g/kg berat badan) dan kurkumin (5,0 g/kg berat badan) pada kalkun, membuktikan bahwa kedua senyawa yang banyak ditemukan dalam rempah dan bumbu itu memiliki sifat sinergis dalam menghambat avian influenza.  Aktivitas lain adalah meningkatkan sistem imun, pereda nyeri, dan membantu dalam terapi HIV. Kandungan kimia jinten hitam diantaranya timokuinon, timohidrokuinon, ditimokuinon, timol, karvakrol, nigelisin, dan alfa-hedrin. Bisa digunakan dalam bentuk minyak yang dihangatkan sebanyak 3 sendok perhari. Efek samping meningkatkan kontraksi uterus, dan kontra indikasi gangguan perdarahan, DM, tekanan darah rendah 

  • Kayu manis (Cinnamomum burmani)

Kayu manis dapat mencegah replikasi virus, umum digunakan untuk terapi influenza. Dosis 1-6 gram/hari dalam bentuk serbuk, teh atau disajikan bersama makanan. Efek samping meningkatkan detak jantung, kontraindikasi pada pasien yang sedang menjalani terapi dengan pengencer darah

  • Jahe (Zingiber officinale)

Simplisia herbal tradisional lain yang telah terbukti memiliki aktivitas antivirus adalah jahe. Pembuktian tersebut dilakukan dengan merendam 100 gram rimpang jahe yang telah dikupas dalam 1.000 mL  air panas, selama 1 jam. Air rendaman jahe tersebut dapat menghambat pertumbuhan human respiratory syncytial virus (HRSV) pada kultur sel A549 dan Hep-2. Rimpang jahe dapat melindungi sel sehat dan menghambat replikasi virus, umumnya digunakan untuk terapi influenza. Dosis 250 mg, 4x sehari dalam bentuk serbuk, kapsul atau teh. Efek samping dada terasa panas, gangguan jantung, menstruasi berlebihan. Kontra indikasi pada perdarahan, DM, dan sedang terapi penyakit jantung.

  • Kunyit (Curcuma domestica) dan temulawak (Curcuma xanthorriza)

Kurkumin dapat ditemui pada temulawak, kunyit, jahe dan temu-temuan lain. Senyawa ini memberikan karakter warna kuning pada temulawak dan kunyit. Tepung temulawak mengandung kurkumin antara 3-6%, sedangkan ekstrak temulawak mengandung 30-60% kurkumin. Manfaat kunyit secara umum bagi kesehatan antara lain sebagai antioksidan, antiinflamasi, antitumor, antimikroba, pencegah kanker, menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah. Hasil uji klinis kurkumin dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh. Kurkumin dapat berikatan dengan reseptor protein SARS-CoV 2 (domain protease (6Lu7) dan spike glikoprotein). Hasil penelitian lain di India juga menyimpulkan bahwa kurkumin dan katekin keduanya memiliki ikatan/afinitas yang kuat dengan S-protein dan ACE2 yang merupakan reseptor/pintu masuk virus. Hal itu menunjukkan bahwa kurkumin dapat memblokir reseptor sel inang untuk masuknya virus sehingga infeksi virus dapat dicegah. Kurkumin diketahui menghambat pelepasan senyawa tubuh penyebab peradangan atau sitokin proinflamasi seperti IL-1, IL-6, dan TNF-α. Pelepasan sitokin dalam jumlah banyak (badai sitokin) dapat menumpuk pada organ paru kemudian menimbulkan sesak. Dengan terhambatnya pengeluaran sitokin, maka tidak akan terjadi badai sitokin. Kunyit asam bisa dibuat dengan mencampurkan rimpang segar kunyit yang dihaluskan sebanyak 30-40 gram atau 2-3 gram serbuk kunyit, ditambahkan 10 gram asam atau daun asam, dilarutkan dengan sekitar 300 ml air panas mendidih atau direbus sekitar 10 menit . Ramuan kunyit bisa diminum 2-3 kali sehari.

  • Sirih merah (Piper crocatum)

Ekstrak daun sirih merah sebanyak dosis 10, 30, dan 100 mg/kg bb diketahui bersifat sebagai immunomodulator dengan meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag. Komponen utama minyak atsiri terdiri dari fenol dan senyawa turunannya, diantaranya kavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali lebih kuat dibandingkan fenol dan mempunyai kemampuan mendenaturasi protein sel bakteri.

  • Virgin Coconut Oil (VCO)

Kandungan utama VCO adalah asam lemak rantai sedang atau medium chain fatty acids ( MCFA), yang diklasifikasikan sebagai medium chain triglycerides (MCTs). Kandungan terbesar MCT dalam VCO adalah asam laurat, yang mencapai hampir 50%. Di dalam tubuh asam laurat akan dimetabolisme menjadi monolaurin yang merupakan senyawa protektif yang menjaga dari infeksi virus dan bakteri. Aktivitas antivirus dari monolaurin telah diuji dan menunjukkan inaktivasi dan penghambatan pertumbuhan  berbagai virus yang menginfeksi manusia seperti vesicular stomatitis virus (VSV), visna virus (VV) , virus campak, cytomegalovirus, dan herpes simplex virus (HSV). Konsumsi minyak kelapa terbukti menurunkan jumlah virus pada pasien dengan HIV positif.

  • Kakao

Konsumsi kakao terkait dengan regulasi sel-sel imun seperti regulasi dan modulasi reaksi imunologis limfosit, makrofag dan terkait dengan aktivasi T cell, subset T-helper (Th). Manfaat tersebut dikaitkan dengan kandungan polifenol dan flavonoid kakao, metilxantin (theobromin, kafein, dan teofilin) dan mikronutrien mineral seperti Se dan Zn. Se menunjukkan sifat antioksidan melalui pembersihan radikal bebas dan penghambatan lipid peroksidase. Fe dan Zinc memiliki peran respon imun manusia. Konsumsi cokelat hitam (dark chocolate) mempengaruhi sistem kekebalan manusia dan ekspresi gen sel dendritik. Temuan ini menunjukkan bahwa makan cokelat meningkatkan aktivasi T-Cell, respon imun seluler dan gen yang terlibat dengan pensinyalan saraf.

  • Secang (Caesalpinia sappan)

Kayu secang memiliki kandungan utama senyawa aktif berupa fenolik dengan struktur kimia berupa brazilin, kalkon, protosapanin dan flavonoid. Kayu secang yang telah dihaluskan kemudian dilarutkan ke dalam air akan menyebabkan warna larutan menjadi merah tua. Warna tersebut disebabkan oleh senyawa aktif fenolik dengan struktur brazilin yang mengalami oksidasi. Senyawa aktif yang terkandung dalam kayu secang meningkatkan sistem imun/kekebalan, sebagai antioksidan, antikanker, dan melancarkan peredaran darah.

  • Minyak Eukaliptus

Berbagai penelitian baik in vitro maupun in vivo telah dilakukan terkait manfaat ekstrak dan minyak eukaliptus sebagai antivirus terhadap influenza tipe A, herpes simplex tipe 1 dan 2 serta hepatitis C. Aktivitas antivirus ini tidak terkait dengan komponen major minyak atsiri tertentu, tetapi lebih berhubungan dengan sinergisme komponen major dan minor dan bergantung pada dosis yang diberikan. Penelitian terhadap berbagai tipe virus Corona juga telah dilakukan di Indonesia, India, Cina, Brazil dan sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen minyak eukaliptus secara sinergis berfungsi sebagai antivirus ataupun untuk meringankan gejala Covid-19.

Pustaka :

  1. Pariang, N.F.E., et.al., 2020, Panduan Praktis untuk Apoteker Menghadapi Pandemi Covid-19, PT ISFI Penerbitan, Jakarta.
  2. Adnyana, I.K., 2020, Patofisiologi dan Terapi Herbal Covid-19, Bandung (ppt).
  3. Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Kementerian Pertanian., 2020, Buku Saku Bahan Pangan Potensial untuk Antivirus dan Imun Booster.

Disusun oleh : Apt. Atun Qowiyyah, M,Si

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button