Hindari Faktor Resiko Penyebab Kanker Serviks

Prevalensi kanker serviks di Indonesia menurut Global Burden of Cancer pada tahun 2018 menduduki pada urutan ke-2, terjadi 32.469 kasus dari 348.809 kasus kanker dengan tingkat mortalitas pada urutan ke-3 sebesar 10,12% ( GLOBOCAN, 2018).
Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya pertumbuhan sel yang abnormal dan tidak terkendali. Tiga ciri utama keberadaan kanker, yaitu kontrol pertumbuhan yang menurun atau tidak terbatas, invasi pada jaringan setempat, dan metastasis ke bagian tubuh lain (Murray et al., 2003). Penyebab kanker terbagi atas faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen antara lain gen, hormon dan enzim tertentu, sedangkan faktor eksogen bisa berupa radiasi, senyawa kimia karsinogen, dan virus (Hahn & Payne, 2003).
Sebelum berkembang menjadi kanker, penyakit ini akan melalui satu tahapan yang disebut tahap pra-kanker. Di masa ini, serviks atau leher rahim memang belum terserang sel-sel kanker, tapi jaringan di sekitarnya mulai tumbuh abnormal. Itu sebabnya, mengenali tahap prakanker ini adalah pintu awal dari pencegahan kanker serviks dimana kita perlu menghindari dari faktor resiko kanker serviks.
Banyaknya faktor resiko yang dapat menyebabkan kanker serviks membuat angka kejadiannya sangat tinggi di negara berkembang seperti Indonesia. Oleh karena itu, pengembangan dan penemuan pengobatan kanker serviks perlu terus diupayakan (Tjindarbumi & Mangunkusumo, 2002). Etiologi kanker serviks masih belum diketahui secara pasti tetapi faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya kanker serviks antara lain :
1. Umur

Wanita yang berumur 35 – 50 tahun dan masih aktif berhubungan seksual rawan terserang kanker leher serviks menunjukkan responden yang mengalami lesi prakanker serviks pada perempuan yang berumur ≥ 35 tahun berisiko 86 kali untuk mengalami kejadian lesi prakanker serviks dibanding mereka yang berumur < 35 tahun ( Wahyuningsih et al., 2014).

2. Umur pertama kali berhubungan seksual

Umur pertama kali melakukan hubungan seksual juga merupakan faktor risiko terjadinya kanker serviks, sekitar 20% kanker serviks dijumpai pada wanita yang aktif berhubungan seksual sebelum umur 16 tahun (Rasjidi, 2008). Periode rentan ini berhubungan dengan kiatnya proses metaplasia pada usia pubertas, sehingga bila ada yang mengganggu proses metaplasia tersebut misalnya infeksi akan memudahkan beralihnya proses menjai displasia yang lebih berpotensi untuk terjadinya keganasan (Cullati, 2009).

3. Jumlah pasangan seksual

Pada prinsipnya setiap pria memiliki protein spesifik berbeda pada spermanya. Protein tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada sel epitel serviks. Sel epitel serviks akan mentoleransi dan mengenali protein tersebut tetapi jika wanita itu melakukan hubungan dengan banyak pria maka akan banyak sperma dengan protein spesifik berbeda yang akan menyebabkan kerusakan tanpa perbaikan dari sel serviks sehingga akan menghasilkan luka. Adanya luka akan mempermudah infeksi HPV. Risiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat lebih besar pada wanita yang mempunyai partner sex 6 orang atau lebih (Novel, 2010).

4. Frekuensi kehamilan

Frekuensi kehamilan meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks karena memiliki riwayat infeksi di daerah kelamin (Rasjidi, 2008). Pada faktor paritas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki paritas ≥3 kali lebih berisiko mengalami lesi prakanker serviks 24,930 kali lebih besar untuk mengalami lesi prakanker serviks dibanding dengan responden yang memiliki paritas < 3 kali. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian lesi prakanker serviks (p <0,05) (Wahyuningsih et al., 2014).

5. Aktifitas merokok

Wanita yang merokok atau perokok pasif juga meningkatkan risiko kanker serviks (Rasjidi, 2008). Responden yang merokok mempunyai peluang 3,545 kali lebih besar untuk mengalami lesi prakanker serviks dibandingkan dengan responden yang tidak merokok. Namun hasil statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian lesi prakanker serviks (p > 0,05) (Wahyuningsih et al., 2014).

6. Penggunaan alat kontrasepsi hormonal

Penggunaan alat kontrasepsi hormonal merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker serviks. Pada kontrasepsi hormonal terdapat 2 hormon yang terlibat yaitu hormon strogen sintetik dalam bentuk etinil estradiol dan mestranol serta hormon progesteron sintetik dalam bentuk norethrindone, noretinodrel, etinodiol, dan norgestrel (Guyton, 2007). Kombinasi hormonal pada alat kontrasepsi dapat bertindak sebagai kofaktor dalam proses infeksi kanker serviks. Estrogen berfungsi untuk meningkatkan laju pembelahan sel dalam epitel duktus sehingga meningkatkan probabilitas mutasi yang terjadi, sedangkan progesteron dan progestagens dapat meningkatkan efek ini. Selain itu, kontrasepsi hormonal akan membuat kekentalan lendir pada serviks. Kekentalan lendir tersebut, akan memperlama keberadaan suatu agen karsinogenik di serviks, yang terbawa melalui hubungan seksual, termasuk adanya virus HPV (Urban et al., 2012).

Daftar Pustaka

International Agency for Research on Cancer. Global Cancer Incidence. Mortality and Prevalence (GLOBOCAN). (2018). IARC Global Cancer Observatory.
Murray, dan Robert K (2003). Biokimia Harper ed. 25. EGC: Jakarta. Halaman 236-239
Hahn, D. B. dan Payne, W. A., (2003): Focus on Health, New York, Mc-Graw Hill.
Trung, N. N. et al. (2016) ,”Effects of ricin extracted from seeds of the castor bean (ricinuscommunis) on cytotoxicity and tumorigenesis of melanoma cells‟, Biomedical Research and Therapy.
Wahyuningsih, Tri., Mulyani, Erry Yudhya. (2014): Faktor risiko terjadinya lesi prakanker serviks melalui deteksi dini dengan metode IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). Forum Ilmiah. 11(2), 192-209.
Rasjidi, Imam. (2009): Deteksi Dini & Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta : Sagung Seto
Cullati S. (2009): Cancer Screening In a Middle-Aged General Population : Factors Associated with Practices and Attitudes. BMC Public Health. (9), 118.
Novel, Shinta. (2010): Kanker Servix dan Infeksi Human Papiloma Virus (HPV). Jakarta: Javamedika Network.
Guyton A.C. and J.E. Hall (2007): Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. EGC, Jakarta.
Urban M, Banks E, Egger S, Canfell K, OꞌConnell D, Beral V (2012): Injectable and Oral Contraceptive Use and Cancers of the Breast, Cervix, Ovary, and Endometrium in Black African Women. PloS Med, 9(3), 182-191.

Created By : Apt. Hesti Renggana, M.Farm.

Back to top button