Kembali ke Nol Setelah Hari Raya

Sudah dua pekan Idul Adha berlalu. Umat Muslim di seluruh dunia ikut merayakan momen hari raya ini. Namun kemudian nampaklah sebuah fenomena yang sudah umum di dunia kesehatan yakni meningkatnya kunjungan pasien yang berobat di fasilitas kesehatan ataupun sekedar mengambil obat di Apotek.
Data yang didapat dari sebuah klinik di Kota Bandung menunjukkan penyakit tertinggi yang muncul dalam 3 minggu setelah hari raya pada 2 tahun terakhir secara berurutan yaitu infeksi saluran pernafasan atas, pulpitis, gangguan pencernaan, gejala influenza, hipertensi, dan myalgia atau nyeri otot. Apabila diamati lebih lanjut, pola penyakit secara umum yang muncul adalah penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh perubahan pola hidup, terutama pola konsumsi makanan.
Makanan yang lebih bebas untuk dimakan kadang membuat kita lupa diri. Permasalahannya, makanan saat lebaran kebanyakan mengandung asam lemak jenuh yang berbahaya bagi kesehatan seperti santan dengan kandungan lemaknya dan kandungan glukosa dari kue-kue kering serta minuman manis. Untuk itu, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan kembali kesehatan pasca hari raya.

Waktu dan Porsi Makan
Kelebihan makanan dalam bentuk lemak, protein dan glukosa disimpan sebagai cadangan energi sebagai lemak tubuh yang disimpan di jaringan-jaringan adipose ataupun di jaringan bawah kulit. Ketika kondisi normal, delapan jam setelah makan tubuh berada pada kondisi “Lapar” dan menghabiskan lemak-lemak yang disimpan. Namun dalam kondisi tidak berpuasa, tubuh cenderung makan dalam jadwal yang tidak teratur. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan tidak teratur dapat menyebabkan penurunan sensitifitas insulin, meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL, merasa lapar lebih cepat, meningkatkan kadar glukosa dalam darah, dan menurunkan tingkat pembakaran kalori setelah makan. Sehingga perhatian utama adalah memastikan agar waktu dan porsi makan menjadi teratur. Waktu makan dapat dibagi menjadi 3 waktu makan dengan 1 waktu cemilan dengan porsi yang sedang. Selain akan mengurangi porsi dan jumlah makanan yang bagus, keteraturan waktu makan akan membantu pengurangan resiko-resiko yang dapat muncul di atas.
Jenis Makanan
Mengatur jenis makanan yang baik berarti mengurangi makanan berlemak atau bersantan serta makanan gula dan menambah asupan makanan berserat. Artinya, selain jenis makanan yang lazim seperti ketupat daging dan sebagainya perlu juga disediakan variasi lain seperti sayur-sayuran. Bisa dalam bentuk lalapan, tahu tempe, salad atau gado-gado atau lain sebagainya. Asupan karbohidrat dapat divariasikan dengan menu karbohidrat kompleks seperti nasi merah, pasta atau gandum.
Selain jenis makanan, cara memasak juga penting untuk diperhatikan karena umumnya masakan dimasak dengan menggunakan banyak minyak. Sebaiknya variasi menu ditambah dengan masakan yang direbus, dikukus, atau dibakar tanpa menggunakan minyak atau paling tidak menggunakan minyak zaitun. Bahan masakan yang digunakan juga lebih baik menggunakan yang segar dan bukan siap pakai. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Andalas menyebutkan bahwa masakan Minang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi dari bumbu-bumbu yang digunakan dalam masakan Minang memiliki korelasi terhadap menurunnya profil lipid dari responden.
Minuman dingin seperti sirup dan es juga sering menjadi minuman penyambut tamu padahal kandungan glukosa yang cukup tinggi dapat berbahaya bagi kadar glukosa terutama bagi penderita diabetes. Air putih, susu rendah lemak, yoghurt, atau minuman herbal dapat dijadikan alternatif untuk menghilangkan dahaga.
Cara Makan
Membiasakan cara makan sehat adalah kunci untuk menjaga kondisi kesehatan. Dimulai dengan waktu makan yang teratur, membiasakan air putih sebelum makan, mengunyah lebih lama, dan membagi porsi makan untuk makanan, air dan udara merupakan cara makan sehat yang juga disarankan dalam agama Islam serta baik bagi pencernaan.
Aktifitas Fisik
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh peneliti dari Louisiana State University dan Salt Lake University menyatakan bahwa pengaturan pola makan atau diet lebih bermanfaat apabila ditujukan untuk mengatur berat badan yang ideal dan meningkatkan energi atau kapasitas tenaga tubuh. Sementara aktifitas fisik lebih bermanfaat apabila ditujukan untuk menurunkan resiko serangan jantung, menajamkan pikiran, dan meningkatkan libido seperti diungkapkan para peneliti dari Ohio State University, UCLA, dan Jacksonville University. National Health Services di Inggris juga mengungkapkan manfaat dari melakukan aktifitas fisik regular yaitu menurunkan 35% resiko penyakit jantung coroner dan stroke, 50 % resiko diabetes mellitus tipe II, 50 % kanker pada kolon, 20% pada kanker payudara, 83 % osteoarthritis, serta 30 % resiko depresi dan demensia. Aktifitas fisik yang dimaksud adalah 75 menit intensitas tinggi seperti berlari, dan naik turun tangga atau 150 menit aktifitas fisik intensitas sedang seperti berjalan, bersepeda, dan berenang pada setiap minggunya atau kombinasi keduanya.
Mengatur pola makan dan meningkatkan aktifitas fisik adalah kunci menjaga kondisi tubuh pada kondisi apapun. Saatnya kembali ke nol.

Created By : Apt. Rd. Aldizal Mahendra RS., M.Farm

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button