Produktif di Era Pandemi dengan Eko Enzim dan Ekobrik

Pandemi Covid-19 yang sedang kita alami sekarang ini meluluhlantakkan sendi-sendi kehidupan. Selama kurang lebih empat bulan, dimulai dari kebijakan pemerintah tentang pembatasan social (social distancing) di bulan maret hingga sekarang yang sedang menuju era tatanan kehidupan baru (new normal)  bangsa kita didera ketakutan terhadap infeksi virus. Semua sekolah ditutup, diganti dengan belajar dari rumah. Kampus, kantor bahkan beberapa sektor niaga harus berhenti. Semua aktivitas beralih dari yang asalnya harus ke luar rumah menjadi di rumah saja.

Selama beraktifitas di rumah banyak yang merasa jenuh, sehingga lama-kelamaan menjadi kurang produktif. Untuk mengurangi kejenuhan, tidak sedikit yang mencoba hal-hal baru atau mengembangkan hobi, diantaranya ada yang belajar membuat kue, bercocok tanam dan beternak. Adapun hal-hal lain yang dapat mengurangi kejenuhan yaitu dengan mengembangkan usaha sambilan yang dapat mendatangkan keuntungan secara finansial. Bagi para ibu rumah tangga atau mahasiswa yang sedang kos sangat cocok mengembangkan usaha tanpa banyak bergerak di luar. Ada bidang usaha yang dapat mendatangkan keuntungan tanpa modal besar dan tanpa kerja berat, yaitu mengembangan eko enzim dan ekobrik.

  • 1. Eko enzim (Eco enzyme)

Eko enzim pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong yang merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Gagasan proyek ini adalah untuk mengolah enzim dari sampah organik yang biasanya kita buang ke dalam tong sampah sebagai pembersih organik. Jadi Eko enzim adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air. Warnanya coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat.

Mengapa penting? Hari pertama kita membuat eko enzimprosesnya akan melepaskan gas ozon (03). Ozon dapat mengurangi karbondioksida (CO2) di atmosfer yang memerangkap panas di awan, sehinggaakan mengurangi efek rumah kaca dan global warming.Enzim mengubah amonia menjadi nitrat (NO3), hormon alami dan nutrisi untuk tanaman. Sementara itu mengubah CO2 menjadi karbonat (CO3) yang bermanfaat bagi tanaman laut dan kehidupan laut.

Apa manfaatnya? Eko enzim merupakan cairan multiguna yang dapat digunakan di rumah tangga sebagai pembersih serbaguna, sebagai antiseptik dan bahkan dapat dijadikan cairan untuk perawatan tubuh. Di bidang pertanian dapat digunakan sebagai  pupuk alami dan pestisida yang efektif. Pada dasarnya, Eko enzim mempercepat reaksi bio-kimia di alam untuk menghasilkan enzim yang berguna dengan memanfaatkan sampah buah atau sayuran, sehingga usaha ini adalah salah satu cara manajemen sampah yang memanfaatkan sisa-sisa dapur untuk sesuatu yang sangat bermanfaat. Karena kandungannya, eko enzim memiliki banyak cara untuk membantu siklus alam seperti memudahkan pertumbuhan tanaman (sebagai fertilizer), mengobati tanah dan juga membersihkan air yang tercemar. Selain itu bisa juga ditambahkan ke produk pembersih rumah tangga seperti shampoo, pencuci piring, deterjen, dll.

Pembersih enzim ini 100% natural dan bebas dari bahan kimia berbahaya, mudah terurai, lembut di tangan dan ramah lingkungan. Cairan ini juga penolak serangga alami yang membuat semut atau serangga lain menjauh. Saking alaminya, setelah digunakan untuk pel, cairan ini juga bisa dipakai untuk menyiram tanaman. Selain itu dapat digunakan untuk merangsang hormon tanaman untuk meningkatkan kualitas buah ataupun sayuran dan juga untuk meningkatkan hasil panen. Jadi pada intinya adalah circular economy at its best.

Bagaimana cara membuatnya? Sangat mudah. Siapkan bahan-bahannya yaitu gula merah/gula molase (bukan gula putih), sisa-sisa dapur seperti kulit apel, jeruk, nanas, pir, semangka, lemon, tapi jangan durian! Jangan pakai dagingnya. Biji-bijian bisa dimasukkan asalkan jangan yang besar seperti biji mangga. Tuang semua bahan ke dalam botol, bisa juga menggunakan blender untuk mencacah limbah, kemudian campur gula dan air dalam botol. Perbandingan 3 limbah dengan 1 gula dan 10 air (contoh: 300 gram limbah ditambah 100 gram gula dan 1 L air). Simpan di tempat yang kering dan sejuk dengan suhu kamar. Biarkan selama 3 bulan, dan buka setiap hari di 2 minggu pertama, kemudian 2-3 hari sekali, kemudian seminggu sekali. Di minggu pertama akan ada banyak gas yang dihasilkan. Kadang ada lapisan putih di permukaan larutan. Jika cacing muncul tambahkan gula segenggam, aduk rata kemudian tutup. Setelah 3 bulan, saring eko enzimmenggunakan kain kasa atau saringan. Kemudian cairan yang sudah disaring, diletakkan di botol-botol dan bisa digunakan untuk berbagai kegunaan.

Source: enzymesos.com

Dibawah ini menunjukkan “resep-resep” dan cara memanfaatkan eko enzim.

  • 2. Ekobrik (Ecobricks)

Eco” dan “brick” artinya bata ramah lingkungan. Disebut “bata” karena ia dapat menjadi alternatif bagi bata konvensional dalam mendirikan bangunan dan bisa juga dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan furnitur. Ecobrick adalah botol plastik yang diisi padat dengan limbah non-biological untuk membuat blok bangunan yang dapat digunakan kembali.

Eko-batu bata ini adalah teknologi berbasis kolaborasi yang menyediakan solusi limbah padat tanpa biaya bagi individu, rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Juga dikenal sebagai Bottle Brick atau Ecoladrillo. Solusi limbah lokal ini mulai disebut Ecobricks oleh gerakan masyarakat yang berkembang di seluruh dunia.

Manfaat dari ecobrick ini sangat banyak, selain sampah-sampah plastik ini akan tersimpan terjaga di dalam botol sehingga tidak perlu dibakar, menggunung, tertimbun dan lain-lain, teknologi ecobrick ini juga memungkinkan kita untuk tidak menjadikan plastik di salah satu industrial recycle system, dengan begitu akan menjauhi biosfer dan menghemat energi. Ecobrick menjaga bahan-bahan plastik tersebut melepaskan CO2 yang pada akhirnya akan menyumbang pemanasan global. Ecobrick biasanya digunakan untuk membuat furnitur modular, perabotan indoor, ruang kebun, ruang hijau, dinding dan bangunan seperti sekolah dan rumah. Jika malas memikirkan pemanfaatanya dan tidak mau repot, sekarang ini banyak juga bank sampah yang menerima ecobrick dan bisa ditukar dengan uang sehingga selain dapat membantu menyelamatkan bumi juga dapat menambah penghasilan rumah tangga. Namun bagi yang mempuyai keahlian tertentu, seperti membuat kerajinan furnitur jangan pernah ragu untuk mencobanya.

Sumber: zerowaste.id

Cara membuatnya sangat mudah. Siapkan bahan-bahan seperti botol plastik,  sampah non organik (kantong plastik, plastik pembungkus, cellophane, Styrofoam, sedotan) dan non biologi, gunting dan kayu/tongkat untuk memadatkan. Untuk botol plastik, jenis apa pun dapat digunakan, tetapi botol yang paling tepat untuk digunakan berukuran 500 ml. Sampah non organik dan non biologi digunting kecil lalu dimasukkan ke dalam botol. Tumbuk-tumbuk dengan tongkat kayu sehingga memadat. Untuk menguji kepadatan, kita bisa menekan botol dari luar. Ekobrik yang baik adalah saat botol tidak akan kempes dan tidak mengeluarkan bunyi ketika ditekan. Sangat simple bukan?

Walaupun terlihat mudah, namun pada proses pembuatannya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu Botol harus dalam keadaan bersih dan kering. Sampah plastik pun harus dalam keadaan bersih dan kering untuk menghindari bakteri tumbuh di dalam botol ekobrik. Putar dan tekan-tekan tongkat dan pastikan bahwa isinya padat dan merata di seluruh botol. Ini membantu memastikan bahwa botol tidak memiliki rongga dan memiliki sifat padat yang mirip dengan balok beton.

Dengan memperhatikan cara kerjanya, eko enzim dan ekobrik dapat dibuat dan dikerjakan oleh siapa saja. Untuk itu diharapkan kedua kegiatan ini menjadi lahan usaha alternatif yang berbasis lingkungan dan dapat menumbuhkan jiwa ecopreneurship di kalangan masyarakat kita.

Refference :

https://zerowaste.id/manajemen-sampah/ecobricks/

https://zerowaste.id/zero-waste-lifestyle/eco-enzyme/

Created By : Ruchiyat, M.Pd.

Back to top button